Honey

Pesan di balik kursi yang digunakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia – “Kami adalah simbol perdamaian antar manusia dan mereka menjadikan kursi Paus”

Pesan di balik kursi yang digunakan Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia – “Kami adalah simbol perdamaian antar manusia dan mereka menjadikan kursi Paus”

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia membuat bangga para siswa dan guru sekolah menengah (SMK) di Jawa Tengah. Dua kursi yang kunjungi diduduki Paus dalam kunjungannya ke Jakarta tersebut merupakan kegiatan para pelajar, guru, dan pegawai Akademi Pendidikan Industri Kayu (PIKA) di Semarang yang memiliki latar belakang agama berbeda.

Sekolah di depan Stasiun Ponkol Semarang ini sekilas terlihat seperti sekolah. Sesampainya di gedung sekolah, warna biru mendominasi gedung dan pemandangan industri mebel disekitarnya.

Banyak siswa berada di dalam kelas. Yang lain bekerja dalam mengukur kayu, membuat rencana furnitur dan pekerjaan lain yang terdapat di industri furnitur.

Kedatangan pemimpin besar umat Katolik, Paus Fransiskus, ke Indonesia bukanlah sebuah kabar baru bagi warga sekolah ini. Namun tak seorang pun percaya bahwa kursi yang diduduki Paus itu dipercayakan kepada Sekolah Pike Place di kota Semarang.

Perbedaan tersebut bukanlah hal baru bagi mahasiswa, menurut Andrew Iulius Pornomo – akrab disapa Andrew – yang merupakan ketua kelompok mahasiswa pencipta kursi pop.

“Di SMK PIKA kita belajar bahwa PIKA adalah pencarian makna hidup. “Seperti yang kalian lihat, di PIKA itu ada dari Sabang sampai Marauke, budaya, ras, dan agamanya sangat berbeda,” jelas Andrew kepada Kamal, wartawan asal Semarang, Senin (26/08).

Karena dia terbiasa dengan keberagaman, tidak peduli betapa berbedanya latar belakang setiap siswa dalam pencalonan kursi Paus, kata siswa Kelas 12 itu.

“Apalagi ketika mereka membuatkan kursi untuk Paus, mereka tetap mengajarkan kita untuk saling menghormati, kurang lebih,” kata Andrew.

Direktur SMK PIKA FX Marsono membenarkan proses kursi tersebut melibatkan siswa tanpa memandang jenis kelamin, asal daerah, dan agama.

Ia menegaskan: Kami tidak membatasi tempat tersebut untuk anak-anak Katolik, tapi menyediakan tempat bagi pelajar agama lain agar semua anak bisa bahagia. “Kami dapat mewakili kesetaraan antar manusia ketika kami membuat kursi pop ini.”

Marsuno juga mengatakan, pembuat kursi ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Mentawai, Papua, Kupang, dan Jawa.

“Kalaupun berbeda agama, ciptakan saja kursi dimana kita bisa bekerja melalui keberagaman,” jelasnya.

Menurut Uskup Agung Jakarta Ignatius Sohario Hardjawatmodjo, keberagaman dan toleransi di Indonesia menjadi salah satu alasan Paus Fransiskus datang ke Indonesia.

Ia mengatakan Vatikan ingin belajar lebih banyak tentang Islam di Indonesia.

“Islam berbeda di Indonesia. “Jadi ini baik bagi saudara-saudara kita di Eropa, khususnya bagi Vatikan,” kata Uskup Ignatius dalam konferensi pers, Rabu (29/08).

Paus Fransiskus dikenal karena pendekatannya terhadap isu-isu kontroversial di Gereja Katolik, termasuk isu LGBT, peran perempuan dalam Gereja, serta isu-isu sosial dan ekonomi dunia.